Jangan Kekang Wanitamu!
Source: bit.ly/8carajadiwanitamandiri/ |
Wanita bukan budak seks. Sama seperti laki-laki, wanita juga punya akal dan perasaan. Walaupun terdapat perbedaan fisik yang mencolok antara kedua jenis kelamin tersebut. Sudah sewajarnya jika suara dan pendapat wanita turut diperhatikan. Agar tercipta keseimbangan dalam roda kehidupan di dunia ini.
Sejak dulu, media melakukan bias gender terhadap wanita. Mereka dianggap kaum yang lemah, dan tidak patut untuk berinisiasi dalam berkehidupan. Wanita ya, cukup di rumah saja. Mengurus anak dan rumah tangga, sekaligus bersiaga jika suami meminta jatah seks. Akibatnya, hak-hak wanita menjadi tidak terpenuhi.
Budaya patriarki seperti ini sangat mengakar di Indonesia, khususnya di tanah jawa. Wanita jawa sering dipandang sebelah mata. Para gadis jawa kerap dikekang oleh orangtua mereka. Ruang gerak mereka sangat terbatas. Jika ingin bepergian, mereka harus ditemani oleh orangtua atau setidaknya saudara kandung. Sekali waktu mereka bepergian dengan lawan jenis, maka akan muncul kecurigaan di masyarakat sekitar. Terlebih jika bepergian melebihi waktu petang hari. Stigma-stigma negatif masyarakat akan otomatis tercap pada diri mereka. Selain itu, nama baik keluarga mereka akan tercoreng. Karena ketidakmampuan dalam menjaga anak gadis mereka.
Budaya seperti ini seharusnya dihapuskan. Merupakan hak bagi siapapun untuk bepergian. Baik dengan siapapun mereka pergi, dan kapanpun mereka pergi. Perihal apa yang mereka lakukan, serahkan tanggungjawabnya pada pribadi masing-masing. Toh, jika terjadi apa-apa terhadap mereka, masyarakat tidak akan menanggung akibatnya. Misalnya, jika seorang gadis hamil di luar nikah, tidak mungkin kepala desa akan ikut menafkahinya. Kecuali gadis tersebut anak dari si kepala desa. Namun itu masalah lain.
Sudah saatnya masyarakat berfikiran terbuka menyikapi sebuah permasalahan. Tidak selamanya gadis harus melulu di rumah. Seorang gadis juga perlu untuk menuntut ilmu, atau bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Kekhawatiran orangtua terhadap anaknya adalah hal yang wajar. Bekal ilmu agama, nilai, dan norma kebaikan terasa cukup untuk membentengi anak mereka. Bekal ilmu bela diri juga dapat menjadi antisipasi terhadap kejahatan yang mungkin akan muncul. Dengan demikian, budaya patriarki lambat laun akan terhapus. Sehingga, tidak ada lagi penghalang bagi wanita untuk mengembangkan potensi dalam diri mereka. Potensi menjadi budak seks, misalnya.
Komentar
Posting Komentar