Pembatasan Sebabkan Amarah Mahasiswa
Parade ormawa merupakan salah satu momen penting dalam rangkaian kegiatan PKKMB. Pasalnya, hanya dalam kegiatan itu setiap ormawa di UNY dapat menyambut kedatangan mahasiswa baru dari setiap fakultas di UNY. Dan hanya dalam momen ini pula seluruh maba berkumpul dalam satu ruangan untuk melihat wajah organisasi mahasiswa di universitas mereka, yang sedikit banyak akan menambah minat mereka dalam ber organisasi.
Akan tetapi, ormawa malah di batasi kreativitasnya dalam berparade. Tahun ini, parade ormawa hanya boleh diikuti oleh perwakilan enam anggota perormawa. Terbatasnya ruang menjadi alasan pihak penyelenggara menetapkan peraturan tersebut. Padahal kenyataannya, masih banyak ruang kosong yang ada di dalam GOR saat berlangsungnya parade. Pun sudah tidak ada ruang, pembatasan kuota tetap tidak dapat dibenarkan.
Penyaluran aspirasi merupakan hak mahasiswa. Dalih apapun untuk membatasi hak mahasiswa ini hanya omong kosong yang dibuat-buat. Atau jangan-jangan pihak universitas takut jika mahasiswa baru mengetahui isu yang ormawa bawa jika mereka masuk ke dalam GOR.
PKKMB seharusnya merupakan ajang pengenalan kehidupan kam pus, sekaligus kehidupan menjadi mahasiswa. Namun, kenyataan bah wa mahasiswa itu harus mempunyai sikap kritis ditepis kuat-kuat oleh pihak birokrat. Mahasiswa baru malah diperkenalkan dengan sifat tunduk, takut, dan terberangus, apalagi dengan dibentuknya pemandu kedisiplinan. Maba dipaksa untuk mengikuti dan menepati atribut acara PKKMB karena takut akan hukuman, bukan karena kesadaran mereka akan pentingnya hal tersebut.
Penghalangan demokrasi oleh rektorat sangat disangsikan. Universitas bukan lagi tempat familiar bagi literasi mahasiswa. Universitas kini hanya tempat penyuntikan doktrin ketundukan pada mahasiswa.
Dimuat di buletin EXPEDISI Edisi Khusus II PKKMB
Agustus 2018
Komentar
Posting Komentar